Sunday, June 10, 2018

What 2017 Has Taught Me Most.

Blogpost ini dibuat dalam hitungan hari, dan berusaha untuk menyimpulkan apa yang telah dilewati selama setahun. Selama setahun 2017 ini, kayaknya gapernah nentuin target selama setahun mau ngapain, motivasinya cuma seize every single day aja.

Bisa dibilang 2017 penuh aku gunain semua untuk belajar dan bekerja Data Science di perusahaan yang dimana pertama aku join, yaitu Bukalapak dan kalo ditanya, hal apa lagi yang dilakuin, kayaknya emang ga ada kurang lebih ya cuma ngisi waktu kosong dengan liburan sama temen-temen. Sebenernya sangat beruntung sih lulus langsung keterima di perusahaan yang bener-bener ngedepanin kesejahteraan karyawannya. selevel start-up yah, contohnya: makan siang-malem gratis, kadang-kadang makan pagi juga ada, snack berserakan di mana mana, course seringkali bebas reimburse, asuransi kesehatan gausah ditanya lg sebenernya udah ada, dan environmentnya bener2 ndukung banget buat kamu belajar banyak soal building things from open-sources.

Karangan bunga yang nyasar ke jurusan Teknik Informatika (Sept 2016).
Kemudian, berusaha ngelist deh kira-kira setahun itu ngapain aja, mulai dari belajar Kaggle hampir tiap malam (lebay sih kalo lg ada waktu luang aja), ngikutin course Coursera Andew Ng Machine Learning (tapi gak selesai), belajar Statistical Inference-nya Duke University (gak selesai juga ga mampu bayar subscription-nya), ngambil beberapa topic Statistics di Khan Academy, ikut free offline course dari PACMANN-AI, ikut free classnya GDG Bogor introduction of Tensorflow, belajar data science dari mentor yang paling kece padahal masih satu angkatan namanya Fahmi Amir (orang sakti dan terfokus yang pernah gue temuin), dan banyak karyawan yang udah terhitung senior di Bukalapak yang ilmunya sungguh sangat menggiurkan untuk dicuri hehe.

12 bulan pertama kehidupan pasca kuliah, aku sempet sangat struggle untuk ngejar keketinggalan karena emang belum ada banyak fundamental kerja apalagi di perusahaan startup yang bener-bener masuk harus bisa langsung kerja dan emang skill-based di mana orang di promote bukan cuma berapa lama dia bekerja, tapi skill yang dia punya. Percaya gak percaya pertama belajar Sql dan no-sql itu ya di Bukalapak sampai-sampai modeling machine learning, karena databasenya banyak dan data-sourcenya juga banyak jadi seneng banget bisa banyak belajar.

Kehidupan pasca kuliah aku rasain macam di tengah padang rumput savana yang lu..as. Dimana kita harus nentuin prioritas dan keinginan diri sendiri, dan itu bisa sebebas-bebasnya. Untuk orang yang belum terbiasa jadi "Driver" seperti katanya pak Rhenald Kasali, ini justru jadi risk sih. Sedangkan di bagian dunia yang lain banyak orang yang sudah ngerti mau ngapain kita hidup dan harus gimana jalannya. Kemudian kalau ditanya sebenernya hidup mau ngapain, dan jawabannya masih normatif aja: ga mau sia-siain waktu.

Setahun pasca kuliah sebenernya goal tidak tertulisnya adalah cukup simple. Yaitu: "lakuin yang secara maksimal apa yang ada di depan kita sekarang, dengan hanya 1 tujuan di depan lakuin semua hal terbaik yang berhubungan dengan itu dan ignore sisanya". Yeup, cukup terlihat arogan dan egois. Aku ngelakuin hal tersebut karena mikir cita-cita untuk mengenyam studi lanjut dapat dilakukan dengan cuma-cuma di tahun depan, dan mikirnya: oh cari aja pengalaman setahun-duatahun dulu kemudian baru cari beasiswa. Ternyata kalo ngeliat kedepan nih, kayak lagi jalan di padang pasir kemudian ngeliat air dan ngiranya wah deket sih mungkin 30 menit sampai, dan nyatanya cuma fatamorgana.

Jadi ini beberapa poin yang meyimpulkan kehidupan 2017:

1. Hofstadter's Law: It always takes longer than you expect, even when you take into account Hofstadter's Law.

Seringkali kalau kita merencanakan dan memerhitungkan suatu hal, akan menghabiskan waktu 2x lebih dari apa yang telah kita perhitungkan, dan ini adalah imbas kalau kita tidak merancang objective dan current condition dari diri sendiri. Hal yang udah direncanakan dengan baik aja bisa molor? apalagi yang tidak. Ini adalah refleksi dari sih sebenernya dari apayang telah aku lakuin, orangnya masih belum bisa stick to the plan untuk rencana-rencana jangka panjang. dan masih mudah untuk terdistrak buat hal2 yang lebih seru yang lebih deket sama kondisi kita saat ini.

2. “If you fail to plan, you are planning to fail.”, Benjamin Franklin.

Planning itu sebenernya kayak mbuat satu jalan yang udah pasti pingin dilaluin, instead of trying so manythings yang emang possible di lakuin, cuma jadinya gak fokus. Daripada ngelakuin 50 hal yang berbeda, lebih baik ngelakuin 1 hal dan itu fokus ke sana. Yang bikin susah adalah seringkali kita tergiur dengan hal-hal yang ada di depan mata kita dan itu terlihat menarik, karena yang jauh itu lebih susah digapai dan butuh waktu lama untuk ndapetinnya. Kadang kepala kita ini suka distraksi yang intensitasnya cukup untuk membuatnya tidak bosan, jadi kalau kita gak balik sama plan-plan yang udah kita rancang baik-baik yah jadinya kita jadi pilih jalan yang berbeda.

3. Dunning-Kruger Effect.

Konsep psikologi ini sering aku temuin dilingkungan kerja aku sekarang, dan pastinya banyak di lingkungan kerja yang lain. Banyak orang yang merasa telah superior, bisa jadi kita sendiri sih. Namun nyatanya kita belum apa-apa. Ternyata orang-orang kita sudah bisa mengadopsi hasil penelitian tahun 2011 ini, jauh2 sebelum tahun itu dengan peribahasa: "Jagung semakin berisi semakin merunduk".

4. Selesaikan apa yang telah kau kerjakan.

Dibalik banyak hal yang aku lakuin dalam hal memperdalam Data Science, justru pada titik ini aku ngerasa hal tersebut kurang memuaskan. Karena ada perasaan ingin mengetahui banyak hal dan belum juga sampai selesai namun berpindah kepada hal- lain yang terlihat lebih menarik. Tidak menyelesaikan apa yang kita sudah commitment untuk melakukannya sehingga banyak ilmu yang kita dapetin itu masih parsial, tidak holistik.

Okay kita akhiri catatan akhir tahun ini yang tidak seberapa dalam ini. Dengan syukur masih bisa menikmati saripati dari pembelajaran dan perjalanan. Dan semoga Tuhan selalu melunakkan hati kita untuk agar selalu dapat belajar dari apapun mediumnya. Karena, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang selalu memperbaiki diri, dan semakin bermanfaat bagi orang lain. Cheers!